Pengertian Etika Bisnis Menurut
Beberapa Ahli
Menurut
Rosita Noer: “Etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang
yang baik dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih baik”.
Menurut
Yunani Kuno: (“ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”), Etika adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Menurut
Drs. O.P. Simorangkir: “Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik”.
Menurut
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: “Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang
dapat ditentukan oleh akal.”
Menurut
Drs. H. Burhanudin Salam: “Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai norma dan moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.”
Macam
– Macam Etika Bisnis
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama
dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia, yaitu:
1. ETIKA
DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikerjar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai suatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang perilaku/sikap yang akan diambil.
2.
ETIKA
NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai
dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Secara umum Etika dapat dibagi menjadi:
1. Etika Umum
berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia
untuk bertindak secara etis,bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
2. Etika Khusus
adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana saya menilai
perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis: cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan/tindakan, dan teori serta prinsip
moral dasar yang ada akibatnya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi 3:
a.
Etika
Individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b. Etika Sosial
berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.
c. Etika
individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan. Karena kewajiban seseorang
terhadap dirinya berkaitan langsung dan dalam banyak hal mempengaruhi pula
kewajibannya dengan orang lain, dan demikian pula sebaliknya. Etika sosial
menyangkut hungan manusia dengan manusia lain.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial,
maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian/bidang. Dan
pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah mengenai:
1.
Sikap terhadap
sesama
2.
Etika keluarga
3.
Etika profesi
4.
Etika politik
5.
Etika
lingkungan
6.
Etika ideology
7.
Etika
Lingkungan Hidup, menjelaskan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya
dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang
secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada lingkungan hidup secara
keseluruhan.
Teori
- Teori Etika Bisnis
Teori - teori etika bisnis dapat di bagi menjadi:
1.
Etika teleologi
Etika teleologi yaitu etika yang mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang dilakukan. Suatu
tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik,atau akibat
yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai etika
teleology tidak dinilai baik atau buruk. berdasarkan tindakan itu sendiri,
melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka
tindakan itu dinilai baik. Contoh seorang anak mencuri untuk membiayai berobat
ibunya yang sedang sakit, tindakan ini baik untuk moral kemanusian tetapi dari
aspek hukum jelas tindakan ini melanggar hukum. Sehingga etika teologi lebih
bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat
bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan kewajiban
moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.
Filosofinya:
a.
Egoism
Perilaku yang dapat diterima tergantung pada
konsekuensinya. Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang
pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya.Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika
ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan
pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
Memaksimalkan kepentingan kita terkait erat dengan akibat yang kita terima.
b.
Utilitarianism
Semakin tinggi kegunaannya maka semakin tinggi
nilainya. Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut
teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan
baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest
number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
2.
Teori
Deontologi
Teori Deontologi yaitu : berasal dari bahasa Yunani,
“Deon” berarti tugas dan “logos” berarti pengetahhuan. Sehingga Etika
Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau
tujuan baik dari tindakanyang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu
sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu
bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau
akibat dari tindkan itu. Contoh : jika seseorang diberi tugas dan
melaksanakanny sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan
salah jika tidak melaksanakan tugas.
Etika
Bisnis Yang Baik
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin
sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :
1.
Produk yang
baik
2.
Managemen yang
baik
3.
Memiliki Etika
Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut
pandang ekonomi, hukum dan etika.
1.
Sudut pandang
ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini
adalah adanya interaksi antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen
dengan konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan
antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi
kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak,
tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.
Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah
bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
2.
Sudut pandang
etika (moral).
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah
sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru
merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh1 dilakukan juga.
Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan,
bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan
dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita
sendiri.
3.
Sudut pandang
Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat
dengan “Hukum” Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting
dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam
hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti etika, hukum
juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan
pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan
ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran
Roma, ada pepatah terkenal : “Quid leges sine moribus” yang artinya: “apa
artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas”.
Prinsip
- Prinsip Etika Bisnis
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu:
1.
Prinsip
otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa
yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2.
Prinsip
Kejujuran
Untuk Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak dan untuk kejujuran dalam penawaran barang dan jasa
dengan mutu dan harga sebanding.
3.
Prinsip
Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan
kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan
Kasus Pelanggaran Etika
Bisnis
“Telkomsel
Diduga Lakukan Manipulasi dalam Iklan Talkmania”
Medan, 3/2 (ANTARA) - Telkomsel diduga melakukan manipulasi dalam program
“Talkmania” dengan tetap menarik pulsa pelanggan meski keutamaan dalam program
itu tidak diberikan.
Salah seorang warga Kota Medan, Mulyadi (37) di
Medan, Selasa, mengatakan, dalam iklannya, Telkomsel menjanjikan gratis menelepon
ke sesama produk operator selular itu selama 5.400 detik (90 menit-red).
Untuk mendapatkan layanan itu, pulsa pelanggan akan
dikurangi Rp. 3 ribu setelah mendaftar melalui SMS “TM ON” yang dikirim ke
nomor 8999 terlebih dulu. Namun, pelanggan sering merasa kecewa karena layanan
itu selalu gagal dan hanya dijawab dengan pernyataan maaf disebabkan sistem di
operator selular tersebut sedang sibuk serta disuruh mencoba lagi. Tapi pulsa
pelanggan tetap dikurangi, dan apabila terus dicoba tetap juga gagal, sedangkan
pulsa terus dikurangi, katanya.
Warga Kota Medan yang lain, Ulung (34) mengatakan,
penggunaan layanan Talkmania yang diiklankan Telkomsel itu seperti “berjudi”.
“Kadang-kadang berhasil, kadang-kadang gagal, namun pulsa tetap ditarik”,
katanya.
Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen
(LAPK), Farid Wajdi, S.H., M.Hum., mengatakan, layanan iklan Telkomsel itu
dapat dianggap manipulasi karena terjadinya “misleading” atau perbedaan antara
realisasi dengan janji.
Pihaknya siap memfasilitasi dan melakukan
pendampingan jika ada warga yang merasa dirugikan dan akan menggugat
permasalahan itu secara hukum. Secara sekilas, kata Farid, permasalahan itu
terlihat ringan karena hanya mengurangi pulsa telepon selular masyarakat
sebesar Rp. 3 ribu. Namun jika kejadian itu dialami satu juta warga saja dari
sekian puluh juta pelanggan Telkomsel, maka terdapat dana Rp. 3 miliar yang
didapatkan operator selular itu dari praktik manipulasi iklan tersebut.
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) dan
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) perlu turun tangan menangani hal
itu agar masyarakat tidak terus dirugikan. Apabila ditemukan bukti adanya
praktik manipulasi itu, diharapkan Depkominfo dan BRTI menjatuhkan sanksi yang
tegas agar perbuatan itu tidak terjadi lagi. Semua peristiwa itu terjadi karena
iklan operator selular selama ini sering menjebak, saling menjatuhkan dan tidak
memiliki aturan yang jelas, katanya.
Humas Telkomsel Medan, Weni yang dikonfirmasi
mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan terhadap nomor pelanggan yang
merasa dirugikan dalam layanan Talkmania tersebut.
“Namun, Telkomsel telah ‘merefine’ atau mengembalikan
kembali pulsa nomor nomor (handpone) yang gagal itu”, katanya.
Selengkapnya...