Perilaku Konsumen dan Strategi Produk
BAB I.
PENDAHULUAN
Berbicara
mengenai perilaku konsumen, pada akhirnya akan sampai pada bagaimana
implikasinya terhadap langkah-langkah strategi pemasaran. Dengan perkataan
lain, mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami
berbagai aspek yang ada pada konsumen, yang akan digunakan dalam menyusun strategi
pemasaran yang berhasil.
Dalam
perkembangan konsep pemasaran mutakhir, konsumen ditempatkan sebagai sentral
perhatian. Para praktisi maupun akademisi berusaha mengkaji aspek-aspek
konsumen dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan mampu
meraih pangsa pasar yang tersedia. Setidaknya ada dua alasan mengapa perilaku
konsumen perlu dipelajari:
Pertama, Konsumen sebagai titik sentral perhatian
pemasaran. Misalnya saja ketika pemasar sebagian kecil saja dari suatu
populasi, dan dengan karakteristik yang khusus, maka upaya-upaya pemasaran
produk bisa diarahkan dan difokuskan pada kelompok tersebut.
Kedua, perkembangan perdagangan pasa saat ini
menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan.
Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak
dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan penawawan tersebut bisa disebabkan oleh
faktor seperti kualitas barang tidak layak, tidak memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen, atau mungkin juga karena konsumen tidak mengetahui
keberadaan produk tersebut.
Selain dua
alasan diatas, mempelajari perilaku konsumen dan proses konsumsi yang dilakukan
oleh konsumen memberikan beberapa mamfaat. Mowen (1995) mengemukakan mamfaat
yang bisa diperoleh sebagai berikut:
1. Membantu
para manajer dalam pengambilan keputusan.
2.
Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar pengetahuan
analisis konsumen.
3. Membantu
legislator dan regulator dalam menciptakan hukum dan peraturan yang berkaitan
dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa.
4. Membantu
konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih baik.
Perilaku
konsumen dalam memilih dan membeli tidak lepas dari produk yang akan dibeli.
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Secara
konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen,
sesuai dengan kompotensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain
itu produk dapat pula didefenisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan
oleh produsen melalui hasil produksinya.
BAB 1I.
PERILAKU KONSUMEN
Perilaku
konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu
dicari informasinya semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen
yang dikemukakan oleh pada ahli, salah satunya yang didefenisikan oleh Angel
dan kawan-kawan (1994) yang mengatakan bahwa perilaku
konsumen sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi
serta menghabiskan produk barang dan jasa termasuk proses keputusan yang
mendahului dan penyusuli tindakan tersebut.
A.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen
Terdapat dua
factor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu factor sosial budaya yang terdiri
atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi
serta keluarga. Faktor lain adalah factor
psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar,
kepercayaan dan sikap.
1. Budaya
Budaya yang
ada dalam sekelompok masyarakat merupakan seperangkat aturan dan cara-cara
hidup. Dengan adanya aturan dan cara-cara hidup, anggota dituntut untuk
menjalani kehidupan yang serasi. Masyarakat diperkenalkan pada adanya
baik-buruk, benar-salah dan adanya harapan-harapan hidup. Dengan aturan seperti
itu orang akan mempunyai pijakan bersikap dan bertindak.
Budaya
adalah dinamis. Budaya secara berkelanjutan berevolusi, meramu gagasan-gagasan
lama dengan kemasan baru dan seterusnya. Suatu area budaya terdiri atas
area-area fungsional sebagai berikut:
a. Ekologi — merupakan system
beradaptasi pada habitat/lingkungan. Ekologi ini dibentuk oleh teknologi yang
digunakan untuk memperoleh dan mendistribusikan sumber daya. Sebagai contoh
Negara Jepang sangat ahli dalam mencanangkan produk yang efesien karena mereka
dihadapkan pada luas wilayah yang sempit.
b. Struktur Sosial — Merupakan
wilayah yang berfungsi sebagai penjaga ketertiban kehidupan sosial. Struktur
sosial ini meliputi kelompok politik domestic yang dominan dalam budaya.
c. Ideology — Merupakan
karakteristik mental dari orang-orang dalam suatu masyarakat dan cara-cara
mereka berhubungan dengan lingkungan dan kelompok sosial lainnya. Fungsi
ideologi ini berkisar pada bagaimana anggota masyarakat memiliki pandangan yang
umum pada dunia, seperti bagaimana prinsip-prinsip moral, etos kerja dan
prinsip-prinsip estetik.
2. Pengaruh
Keluarga
Pengaruh keluarga
sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam pembelian produk
untuk kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga didasarkan pada umur dan jenis
kelamin anggota kelompok dalam keluarga. Dengan pertimbangan ini perlu
memperhatikan siapa-siapa yang menjadi pengambilan keputusan dalam membeli
keperluan rumaha tangga. Pengambil keputusan ini akan mempengaruhi:
a. Iklan — Ciri-ciri pembuatan
keputusan keluarga mempengaruhi isi pesan iklan. Jika istri atau suami dalam
pembuatan keputusan, pesan iklan harus diarahkan untuk memenuhi kelompok
dominan tersebut. Masalah strategi yang lebih sulit muncul ketika keputusan
dibuat bersama. Apakah seharusnya iklan diarahkan kepada suami atau istri, atau
seharusnya satu iklan didesain untuk menarik kedua-duanya.
b. Media -– Pemilihan media
seharusnya didasarkan pada siapa yang lebih terlibat dalam pengambilan
keputusan. Jika misalnya istri lebih dominant dalam pengambilan keputusan, yang
berarti dia lebih terlibat daripada suami, maka media untuk menampilkan iklan
juga harus media yang berorientasi pada perempuan dewasa.
c. Pengembangan Produk — Persoalan
yang muncul dalam masalah pengembangan produk adalah apakah produk yang
dikembangkan hanya untuk satu anggota keluarga saja atau justru meliputi
seluruh keluarga. Dalam pengembangan produk, terutama yang berkaitan dengan
produk untuk anak-anak, seharusnya desain produk, terutama yang berkaitan
dengan produk tidak berdasarkan pada selera si anak, (anak tidak/belum
mempunyai pilihan yang tepat dan biasanya pengaruh ibu lebih besar) tetapi
mendasarkan pada perspektif dan selera ibu.
d. Penetapan Harga — Strategi harga
mungkin juga dipengaruhi oleh identifikasi pembuat keputusan. Artinya, harga
yang ditentukan untuk suatu produk, harus mempertimbangkan tanggapan pengambil
keputusan pembelian. Suami biasanya menentukan berapa jumlah uang yang harus
dikeluarkan untuk mobil, sedangkan istri lebih banyak menentukan dalam
pembelian peralatan rumah tangga. Dengan demikian, pemasar dalam menetukan
harga mobil atau harga peralatan rumah tangga harus memperhatikan tingkat
sensivitas suami atau istri.
e. Distribusi — Sifat-sifat
pembuatan keputusan keluarga mungkin juga mempengaruhi strategi distribusi.
Jika keputusan dibuat secara bersama, toko-toko membutuhkan jam buka lebih lama
untuk mengakomodasi suami atau istri. Orientasi produk untuk masing-masing
anggota keluarga, membutuhkan peralatan display yang terpisah.
3. Persepsi
Konsumen
Citra adalah
realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas,
secara normal realitas akan menang. Periklanan (secara lebih luas komunikasi)
yang tidak didasarkan pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih
tinggi daripada kenyataan yang dirasakan. Akibatnya ketidakpuasan akan muncul
dan akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra organisasi.
Yang penting disadari bahwa citra itu ada dalam realitas. Citra bukan apa yang
dikomunikasikan, jika citra yang dikomunikasikan tidak sesuai dengan realitas.
Ketika tidak ada konsistensi antara kinerja nyata dan citra yang
dikomunikasikan, realitas akan menang. Komunikasi organisasi yang dirasakan
tidak percaya, akan merusak citra bahwa mungkin lebih parah lagi. Jika terdapat
masalah citra, manajemen harus menganalisis sifat-sifat masalah secara keseluruhan
sebelum melakukan tindakan. Masalah komunikasi seharusnya diperbaiki dengan
memperbaiki komunikasi. Bagaimanapun jika terdapat masalah yang nyata, misalnya
jika citra yang buruk disebabkan kinerja yang jelek, citra hanya dapat
diperbaiki dengan tidakan internal, yang bertujuan memperbaiki kinerja.
4. Faktor
Psikologis
Pilihan
pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat factor psikologis utama, yaitu:
a. Motivasi — Seseorang memiliki
banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis;
kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak
nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari
tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa
keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga
mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai
untuk mendorong seseorang bertindak.
b. Persepsi — Persepsi adalah proses
yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan
masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang
mungkin menganggap wiraniaga yang berbicara dengan cepat sebagai orang yang
agresif dan tidak tulus, yang lain mungkin menganggap orang yang sama sebagai
orang yang pintar dan suka membantu.
c. Pembelajaran — Pembelajaran
meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian
besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli teori pembelajaran yakin
bahwa pembelajran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong,
rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan.
d. Keyakinan dan Sikap — Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran
yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk
atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Para pemasar sangat
tertarik pada keyakinan yang ada di dalam pikiran orang tentang produk dan
merek mereka. Keyakinan merek ada dalam memori konsumen.
5.
Kepribadian dan gaya hidup
Usaha untuk
membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karaktristik tersebut
meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
a. Usia dan tahap siklus hidup —
orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Mereka
makan makanan bayi selama tahun-tahun awal hidupnya, beragam makanan selama
tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama tahun-tahun
berikutnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan
dengan usia.
b. Pekerjaan dan ekonomi — Pekerjaan
seseorang mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi
kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa
mereka.
c. Gaya Hidup — adalah pola hidup
seseorang didunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan kelompok
gaya hidup.
B. Loyalitas
Merek (Brand Loyalty)
Loyalitas
merek adalah keinginan melakukan dan perilaku pembelian uang. Dalam beberapa
kasus tertentu, loyalitas merek mungkin adalah hasil dari aktivitas kognisi dan
pengambilan keputusan ekstensif. Pasar untuk suatu merek tertentu dapat
dianalisis dari sudut jumlah konsumen disetiap kategori dan strategi yang dapat
dibuat untuk memperkuat loyalitas merek suatu group tertentu.
1. Loyalitas
Merek tak terbagi (undivided brand loyalty)
adalah kondisi yang ideal. Dalam beberapa kasus, karena alasan-alasan tertentu,
konsumen benar-benar hanya mau membeli satu macam merek saja dan membatalkan
pembelian jika merek tersebut ternyata tidak tersedia.
2. Loyalitas
merek berpindah sesekali (brand
loyalty an occasional switch) cenderung lebih sering terjadi.
Kosumen kadang-kadang berpindah merek untuk berbagai macam alasan tertentu:
Merek yang biasa dipakai mungkin sedang habis, suatu merek baru baru masuk
kepasar dan konsumen mencoba-coba untuk memakainya, merek pesaing ditawarkan
dengan harga yang khusus, atau merek yang berbeda dibeli untuk
kejadian-kejadian tertentu saja.
3. Loyalitas
merek berpindah (brand loyalty switch) adalah
sasaran bersaing dalam pasar yang pertumbuhannya lamban atau sedang menurun.
Misalnya, perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar celana jeans atau
insdustri minuman keras sangat mengharapkan perpindahan mereka demi pertumbuhan
jangka panjang mreka.
4. Loyalitas
merek terbagi (divided brand loyalty) adalah
pembelian dua atau lebih merek secara konsisten. Misalnya, sampo memiliki
tingkat loyakitas merek yang rendah. Salah satu alasan untuk hal ini adalah
bahwa rumah tangga membeli berbagai macam sampo untuk anggota keluarga yang
berbeda-beda atau untuk tujuan yang berbeda.
5.
Pengabaian merek (brand indifference) adalah
pembelian yang tidak memiliki pola pembelian ulang yang jelas. Ini adalah
posisi lawan dari loyalitas merek tak terbagi.
Dalam
beberapa hal, kategori loyalitas ini terasa tidak memadai. Namun intinya adalah
bahwa ada beberapa tingkat loyalitas merek. Derajat loyalitas merek dapat
dipandang sebagai suatu garis kontinum, dan ada berbagai indeks kuantitatif
yang dapat dibuat untuk mengkategorikan loyalitas individu atau tumah tangga
atau produk-produk tertentu.
Dalam
menjelaskan loyalitas merek terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan behavior
menekankan bahwa loyalitas dibentuk oleh perilaku, dan oleh karena itu perilaku
pembelian berulang adalah loyalitas, sementara itu pendekatan kognitif memandang
bahwa loyalitas merek merupakan fungsi dari proses psikologi (decision making).
Pendekatan
mengukur loyalitas secara general belum berakhir, oleh karena itu generalisasi
mengenai loyalitas tidak bisa dirumuskan. Namun demikian, terdapat beberapa
karakteristik umum yang bisa diidentifikasikan apakah seseorang mendekati
loyalitas atau tidak. Assel (1992) mengemukakan empat hal yang menunjukkan
kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut:
1. Konsumen
yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap pilihannya.
2. Konsumen
yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat risiko yang lebih tinggi dalam
pembeliannya.
3. Konsumen
yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.
4. Kelompok
konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.
Seperti
halnya brand loyalty, story loyalty
juga ditunjukkan oleh perilaku konsisten, tetapi dalam store loyalty perilaku konsisten
adalah dalam mengunjungi toko dimana disitu konsumen bisa membeli merek produk
yang diinginkan.
C.
Lingkungan Produk
Lingkungan
produk (product environment)
adalah rangsangan yang berkaitan dengan produk yang ditujukan ke dan dipahami
seluruhnya oleh konsumen. Umumnya, sebagian besar rangsangan tersebut melalui
indera penglihatan, walaupun ada beberapa pengecualian. Misalnya bagaimana
sebuah perangkat radio tape berbunyi
atau bagaimana sebuah baju sutra dirasakan juga mempengaruhi kognisi, afeksi,
dan perilaku konsumen.
1. Ciri-ciri
Produk
Produk dan
ciri-ciri produk adalah perangsangan utama yang mempengaruhi afeksi, kognisi,
dan perilaku konsumen. Ciri-ciri tersebut dievaluasi konsumen dalam hal
kesesuaian dengan tata nilai, kepercayaan, dan pengalaman pada masa lampau
mereka. Pemasaran dan informasi-informasi lainnya juga mempengaruhi apakah pembelian
dan penggunaan suatu produk akan menjanjikan sesuatu yang bermamfaat. Misalnya,
ciri-ciri produk sebuah baju baru antara lain warna, material, panjang lengan,
jenis dan jumlah kancing, dan jenis kancing, dan jenis kerahnya.
2. Kemasan
Kemasan adalah
elemen dari lingkungan produk yang untuknya pemasar menanamkan uang lebih dari
50 milyar dolar pertahun. Asal muasalnya ada empat sasaran pengemasan yang
selalu dipertimbangkan. Pertama,
kemasan harus melindungi produk di sepanjang perjalanannya melalui saluran
distribusi hingga mencapai sasarannya. Kedua,
kemasan harus ekonomis dan tidak menambahkan biaya yang tidak dibutuhkan pada
produk. Ketiga, kemasan harus
memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah. Keempat,
kemasan secara efektif dapat digunakan untuk mempromosikan produk kepada
konsumen.
Dalam
strategi pengemasan produk harus mempertimbangkan:
a. Warna kemasan — Dampak ini
sekedar menarik perhatian konsumen dengan cara menggunakan warna yang menarik
perhatian. Akan tetapi, selama ini para ahli berkeyakinan bahwa warna kemasan
menggambarkan suatu makna bagi konsumen serta dapat digunakan secara strategis.
Persepsi konsumen tentang suatu warna produk dapat berubah sejalan dengan
perubahan warna kemasan.
b. Identifikasi merek dan label informasi
— ini akan memberikan rangsangan tambahan untuk dipertimbangkan oleh konsumen.
Identifikasi merek untuk berbagai kasus dapat mempermuah pemebelian konsumen
dan memungkinkan terjadinya proses pengembangan loyalitas. Termasuk dalam label
informasi antara lain adalah instruksi penggunaan, kandungan, daftar bahan
pembentuk atau bahan bku, peringatan penggunaan dan pemeliharaan produk dan
sebagainya.
BAB III.
STRATEGI PRODUK
Strategi
produk didesain untuk mempengaruhi konsumen baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Untuk jangka pendek,
strategi produk baru didesain untuk mempengaruhi konsumen agar mau mencoba
produk; untuk jangka panjang,
strategi produk didesain untuk mengembangkan loyalitas merek dan mendapatkan
pangsa pasar yang besar.
A.
Karakteristik Konsumen
Dalam
penganalisaan hubungan konsumen-produk, adalah penting untuk menyadari bahwa
konsumen itu beragam dalam keinginan untuk mencoba suatu produk baru. Berbagai
jenis konsumen yang berbeda dapat mengadopsi suatu produk baru pada tahapan
siklus hidup produk yang berbeda pula.
Salah satu
fokus utama penelitian konsumen adalah untuk mengidentifikasi karakteristik
inovator dan perbedaan mereka dari konsumen lainnya. Ulasan terhadap penelitian
yang dilakukan ini menemukan bahwa inovator cenderung lebih berpendidikan dan
lebih muda serta lebih memiliki mobilitas sosial, memiliki lebih banyak sikap
yang cocok untuk menghadapi risiko (sikap petualang), partisipasi sosial yang
lebih tinggi, dan lebih memiliki sikap kepemimpinan ketimbang konsumen lainnya.
Inovator
cenderung adalah pengguna berat produk-produk lain dalam kelas produk yang
sama. Inovator dapat memiliki struktur pengetahuan yang berkembang lebih baik
untuk suatu kategori produk tertentu. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengerti
dan mengevaluasi produk-produk baru lebih cepat, dan dengan demikian juga lebih
cepat mengadopinya ketimbang konsumen lainnya.
B.
Karakteristik Produk
Karakteritik
produk yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Kompabilitas (compability) adalah
sejauh mana suatu produk konsisten dengan afeksi, kognisi, dan perilaku
konsumen saat ini. Misalnya jika kondisi-kondisi lainnya dianggap sama, jika
suatu produk ternyata tidak membutuhkan perubahan penting pada nilai-nilai dan
kepercayaan konsumen atau pada perilaku pembelian dan penggunaan konsumen maka
konsumen tersebut akan lebih cenderung mencoba produk tersebut ketimbang produk
lainnya.
2. Kemampuan
untuk diuji coba (trialability) — sejauh
mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang terbatas, atau dipilih kedalam
jumlah-jumlah yang kecil jika untuk melakukan uji coba ternyata membutuhkan
biaya yang tinggi.
3. Kemampuan
untuk diteliti (observability) — mengacu
pada sejauh mana produk atau dampak yang dihasilkan produk tersebut dapat
dirasakan oleh konsumen lain. Produk baru sering didiskusikan masyarakat
sehingga cenderung diadopsi lebih cepat.
4. Kecepatan
(speed) adalah seberapa cepat mamfaat
suatu produk dipahami oleh konsumen. Karena sebagian konsumen masih
berorientasi pad keputusan yang dengan cepat dirasakan ketimbang yang ditunda,
produk yang dapat memberikan mamfaat lebih cepat cenderung berkemungkinan lebih
tinggi untuk paling tidak dicoba oleh konsumen.
5.
Kesederhanaan (simplity) adalah
sejauh mana suatu produk dengan mudah dimengerti dan digunakan konsumen.
6. Mamfaat
relative (relative adventge) adalah
sejauh mana suatu produk memiliki keunggulan bersaing yang bertahan atas kelas
produk, bentuk produk, dan merek lainnya.
7.
Simbolisme produk (product simbolisme)
adalah apakah makna suatu produk atau merek bagi konsumen dan bagaimanakah
pengalaman konsumen ketika membeli dan menggunakannya
8. Strategi
pemasaran — sejumlah variasi karakteristik
produk merupakan penyebab keberhasilan atau kegagalan produk dan merek.
Walaupun tidak sepenuhnya merupakan suatu karakteristik produk, kualitas
strategi pemasaran yang digunakan juga memiliki peran apakah suatu produk itu
berhasil dan berkemampulabaan. Strategi pemasaran disini adalah dalam promosi,
harga,dan distribusi.
BAB IV.
PENUTUP
Dua factor
utama yang mempengaruhi konsumen, yaitu factor sosial budaya dan faktor
psikologis. Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilam
keputusan membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa
desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan.
Kepuasan
konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan
harapannya. Seorang pelanggan jika terasa puas dengan nilai yang diberikannya
oleh produk atau jasa masa sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan
dalam waktu yang lama.
Kepuasan
dibagi menjadi dua, yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan psikologika.
Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk
yang dimamfaatkan sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang
diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk.
Upaya-upaya
untuk mempertahankan pelanggan:
Ø
Menyulitkan pelanggan untuk mengganti pemasok. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara agar tidak berdampak pada pelanggannya untuk berganti pemasok.
Ø Memberikan
kepuasan yang tinggi. Dengan cara ini maka akan sulit bagi pesaing untuk masuk
walaupun dengan harga yang lebih murah atau rangsangan lain.
Daftar
Pustaka
Peter, Paul,
J..dkk. 2000. Consumer Behavior (Perilaku
Konsumen dan Strategi Pemasaran) Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kotler,
Peter. 1995. Manajemen Pemasaran. Jilid
1. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia
Tjiptono,
Fandy. 1997. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta : Andi
Umar,
Husein. 2005. Riset Pemasaran & Perilaku
Konsumen. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sutisna, SE,
M. 2001. Perilaku Konsumen &
Komunikasi Pemasaran. Bandung : Rosdakarya
Gunawan,
Joni. Jurnal. Pengaruh Psikologis, Sosial, dan
Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Rumah Tangga dalam Membeli Produk Semen.
Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Suranto.
Jurnal. Penentuan Strategi Pemasaran
Berdarkan Perilaku Konsumen. Surakarta : Lab. Statistika dan
Penelitian Operasional Teknik Industri UMS.
Sutrisna,
SE. ME. 2001. Perilaku Konsumen &
Komunikasi Pemasaran. Hal 4-5
Fandy
Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran.
Hal 95
Dalam Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen.
Oleh Husein Umar. Hal 49-50.
Op Cit. Hal 225
Ibid. Hal 221-222
Ibid. Hal 86
Philip
Kotler. 1995. Manajemen Pemasaran. Jilid 1.
Hal 215
Ibid. Hal 210
J. Paul
Peter, dkk. 2000. Consumer Behavior.
Jilid 2. Hal 162
Dalam Op Cit. Hal 42
Dalam Op. Cit Hal 164-167
Dalam Ibid. Hal 166-167
Fandy
Tjiptono.1997. Strategi Pemasaran.
Hal 96
Ibid. Hal 169
Ibid. Hal 170 – 173
Husein Umar.
2005. Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen.Hal 52
REVIEW :
http://www.e-jurnal.com/perilaku-konsumen-dan-strategi-produk/
REVIEW :
http://www.e-jurnal.com/perilaku-konsumen-dan-strategi-produk/
0 komentar:
Posting Komentar